Karyawan Punya Bisnis

Rabu, 29 Februari 2012

Puisu : Doa Perempuan

DOA PEREMPUAN

Allah
Yang Maha Kasih dan Maha Sayang
tolong dengar kata-kataku.
Masih bolehkah kusapa Engkau seperti dulu:
Kekasih?

aku ingat
Kauhadir bersama langit dan bumi,
bersama air, angin, tetumbuhan dan kupu-kupu
dan di hadapan sekuntum bunga yang baru mekar
Kita tersenyum
hingga lenyap bumi lenyap semu
dalam wewangian.
aku ingat
Kauhadir bersama pekat malam
tanpa bulan tanpa perapian tanpa peraduan
dan aku lelap dalam sujud-Mu yang panjang
hingga hadir peri-peri kecil mengetuk pintu mengucapkan salam.

Itu semua ketika
aku berpaling dari segala yang bukan.
kumasak air dan air itu milik-Mu.
kutatap lekat perkawinan sayur-mayur di belanga
dalam ingatanku kepada-Mu.
kudekap anak-anak
titipan-Mu.
kubangun mimpi-mimpi
untuk kehadiran-Mu.
Dan kurasakan
Kau tersenyum
ketika ingatanku kepada-Mu
membuatku menemukan puasa tanpa berbuka
dalam tidur dan jagaku
yang terjadi semata-mata
karena kekuasaan-Mu.

Tetapi kini
kurasa aku memang tidak layak lagi
berkata-kata.

Lihat luka-luka yang kubuat
karena kebodohanku sendiri
yang cuma manusia.

Ternyata alam semesta masih milikku, aku merajainya
harta-benda rumah pakaian milikku, aku menimbunnya
keluarga anak-anak milikku, aku takut kehilangan mereka
perkiraanku milikku, aku mempercayainya
mimpi-mimpi milikku, aku rekayasa wujudnya
diriku milikku, kucemburui cerminnya
dan harga diriku juga milikku, enggan hancur aku oleh kefanaannya.

Bertahun-tahun, Tuhanku, kubuat harapan-harapan indah
seharusnya, demi hidup-Mu pada kematianku.
tetapi ternyata
hanya untuk buaianku.
kusalahkan orang-orang
sangkaku demi kebenaran-Mu
tetapi ternyata
hanya untuk kebenaranku.
kubuat pembenaran-pembenaran
maksudku untuk meninggikan-Mu
tetapi ternyata
untuk kebanggaanku.

Semua ternyata hanya
untuk memperpanjang nafasku saja.
betapa hinanya kemanusiaanku ini.

Tuhan,
dalam tubuh-tubuh manusia yang kelaparan
dalam tubuh-tubuh perempuan yang diperkosa
dalam tubuh-tubuh anak-anak yang hancur daging dan hatinya
dalam tubuh-tubuh yang
adalah kelaparan, kesakitan dan kedunguanku sendiri
Kau Maha Tahu
aku tidak mampu menghirup udara lagi.
setiap tarikan nafasku bau bangkai
setiap tangisku adalah darah busuk
dan seluruh tubuhku
adalah aib.

Tuhan
tolong jangan lupakan aku.

Demi ingatanku kepada-Mu, yang adalah anugerah-Mu
Katakan langit dan bumi adalah Kasih-Sayang-Mu,
cukuplah bencana berguncang
sampai di sini.
Katakan semua manusia satu,
cukuplah sumpah-serapah berdarah
berkecamuk di dalam ini.

Katakan esok
semua kelemahan terampuni
cukuplah penyesalan
membuat kesadaranku tenggelam
dalam ampunan-Mu.

Penyesalan ini
semoga abadi.
Penyesalan ini
semoga bukan ada
karena kesalahan-kesalahan lagi
Tetapi ada
karena Kau adalah Tuhan
dan kami ingin lebur
dalam Maha Kasih dan Sayang-Mu.

Tuhan Sayang,
aku minta selendang gendongan
untuk menimang dan membesarkan
kehidupan baru
yang mulai tumbuh
di sela-sela reruntuhan ini.

Boleh kan?

Miranda Risang Ayu
8 Agustus 1998

Senin, 27 Februari 2012

Kisah 1000 Hari Sabtu


( Wisata keliling hutan Pinus di Malino, Sul Sel )

Kisah 1000 Hari Sabtu
Shared by Fr. Rick of Kingston , NY

Makin tua, aku makin menikmati Sabtu pagi. Mungkin karena adanya keheningan sunyi senyap sebab aku yang pertama bangun pagi, atau mungkin juga karena tak terkira gembiraku sebab tak usah masuk kerja. Apapun alasannya, beberapa jam pertama Sabtu pagi amat menyenangkan.

Beberapa minggu yang lalu, aku agak memaksa diriku ke dapur dengan membawa secangkir kopi hangat di satu tangan dan koran pagi itu di tangan lainnya. Apa yang biasa saya lakukan di Sabtu pagi, berubah menjadi saat yang tak terlupakan dalam hidup ini. Begini kisahnya.

Aku keraskan suara radioku untuk mendengarkan suatu acara Bincang-bincang Sabtu Pagi. Aku dengar seseorang agak tua dengan suara emasnya. Ia sedang berbicara mengenai seribu kelereng kepada seseorang ditelpon yang dipanggil "Tom". Aku tergelitik dan duduk ingin mendengarkan apa obrolannya.

"Dengar Tom, kedengarannya kau memang sibuk dengan pekerjaanmu. Aku yakin mereka menggajimu cukup banyak, tapi kan sangat sayang sekali kau harus meninggalkan rumah dan keluargamu terlalu sering. Sulit kupercaya kok ada anak muda yang harus bekerja 60 atau 70 jam seminggunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk menonton pertunjukan tarian putrimupun kau tak sempat".

Ia melanjutkan : "Biar kuceritakan ini, Tom, sesuatu yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa yang yang harus kulakukan dalam hidupku".

Lalu mulailah ia menerangkan teori "seribu kelereng" nya. "Begini Tom, suatu hari aku duduk-duduk dan mulai menghitung-hitung. Kan umumnya orang rata-rata hidup 75 tahun. Ya aku tahu, ada yang lebih dan ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya kan sekitar 75 tahun. Lalu, aku kalikan 75 ini dengan 52 dan mendapatkan angka 3900 yang merupakan jumlah semua hari Sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang selama hidupnya. Sekarang perhatikan benar-benar Tom, aku mau beranjak ke hal yang lebih penting".

"Tahu tidak, setelah aku berumur 55 tahun baru terpikir olehku semua detail ini", sambungnya, "dan pada saat itu aku kan sudah melewatkan 2800 hari Sabtu. Aku terbiasa memikirkan, andaikata aku bisa hidup sampai 75 tahun, maka buatku cuma tersisa sekitar 1000 hari Sabtu yang masih bisa kunikmati".

"Lalu aku pergi ketoko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi tiga toko, baru bisa mendapatkan 1000 kelereng itu. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku, di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu, aku selalu ambil sebutir kelereng dan membuangnya" .

"Aku alami, bahwa dengan mengawasi kelereng-kelereng itu menghilang, aku lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang betul-betul penting dalam hidupku. Sungguh, tak ada yang lebih berharga daripada mengamati waktumu di dunia ini menghilang dan berkurang, untuk menolongmu membenahi dan meluruskan segala prioritas hidupmu".

"Sekarang aku ingin memberikan pesan terakhir sebelum kuputuskan teleponmu dan mengajak keluar istriku tersayang untuk sarapan pagi. Pagi ini, kelereng terakhirku telah kuambil, kukeluarkan dari kotaknya. Aku befikir, kalau aku sampai bertahan hingga Sabtu yang akan datang, maka Allah telah memberi aku dengan sedikit waktu tambahan ekstra untuk kuhabiskan dengan orang-orang yang kusayangi".

"Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu. Selamat pagi!"

Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, jatuhnya satu jarumpun bisa terdengar! Untuk sejenak, bahkan moderator acara itupun membisu. Mungkin ia mau memberi para pendengarnya, kesempatan untuk memikirkan segalanya. Sebenarnya aku sudah merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku ganti acara, aku naik ke atas dan membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.

"Ayo sayang, kuajak kau dan anak-anak ke luar, pergi sarapan" kataku, "Lho, ada apa ini...?", tanyanya tersenyum. "Ah, tidak ada apa-apa, tidak ada yang spesial", jawabku, " Kan sudah cukup lama kita tidak melewatkan hari Sabtu dengan anak-anak? Oh ya, nanti kita berhenti juga di toko mainan ya? Aku butuh beli kelereng."

Pesan dari cerita ini :
SPEND YOUR WEEKEND WISELY AND MAY ALL SATURDAYS BE SPECIAL
AND MAY YOU HAVE MANY HAPPY YEARS AFTER YOU LOSE ALL YOUR MARBLES.
(www.andi-arham.blogspot.com)



Senin, 20 Februari 2012

Mandikan Aku BUNDA !!!



Salam
Kita terkadang tidak sadar dengan langkah yang telah terlewati membuat kita semakin jauh dengan orang - orang yang kita sayangi (Orang tua, suami, istri, anak dan saudara ). Kesibukan dalam mengejar label dunia membuat kita lupa diri.. Apakah penyesalan itu harus selalu datang diakhir ceritamu. Cobalah berhenti sejenak dari rutinitas dan luangkan waktu untuk orang tersayang mu.

Andi Balanda

( Jembatan Mahakam in Memorial )

Mandikan Aku Bunda

Sering kali orang tidak mensyukuri apa yang diMILIKInya sampai akhirnya .....

Rani, sebut saja begitu namanya. Kawan kuliah ini berotak cemerlang dan memiliki idealisme tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik, di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ''Why not the best,'' katanya selalu, mengutip seorang mantan presiden Amerika.

Ketika Universitas mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht, Belanda, Rani termasuk salah satunya. Saya lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran.

Berikutnya, Rani mendapat pendamping yang ''selevel''; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi.

Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika Rani diangkat sebagai staf diplomat, bertepatan dengan tuntasnya suami dia meraih PhD. Lengkaplah kebahagiaan mereka. Konon, nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah ''alif'' dan huruf terakhir ''ya'', jadilah nama yang enak didengar: Alifya. Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud menjadikannya sebagai anak yang pertama dan terakhir.

Ketika Alif, panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila. Bak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain.

Setulusnya saya pernah bertanya, ''Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal? '' Dengan sigap Rani menjawab, ''Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK!'' Ucapannya itu betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter mahal. Rani tinggal mengontrol jadual Alif lewat telepon. Alif tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas dan gampang mengerti.

Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang kehebatan ibu-bapaknya. Tentang gelar dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang banyak.

''Contohlah ayah-bunda Alif, kalau Alif besar nanti.'' Begitu selalu nenek Alif, ibunya Rani, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.

Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau dia minta adik. Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Rani dan suaminya kembali menagih pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini ''memahami'' orang tuanya. Buktinya, kata Rani, ia tak lagi merengek minta adik. Alif, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek.

Bahkan, tutur Rani, Alif selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Rani menyapanya ''malaikat kecilku''.

Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam, saya iri pada keluarga ini.

Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby sitter. ''Alif ingin Bunda mandikan,'' ujarnya penuh harap. Karuan saja Rani, yang detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, gusar. Ia menampik permintaan Alif sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Alif agar mau mandi dengan Tante Mien, baby sitter-nya. Lagi-lagi, Alif dengan pengertian menurut, meski wajahnya cemberut.

Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan. ''Bunda, mandikan aku!'' kian lama suara Alif penuh tekanan. Toh, Rani dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Alif bisa ditinggal juga.

Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. ''Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency.'' Setengah terbang, saya ngebut ke UGD. But it was too late. Allah sudah punya rencana lain. Alif, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh-Nya.

Rani, ketika diberi tahu soal Alif, sedang meresmikan kantor barunya. Ia shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan putranya. Setelah pekan lalu Alif mulai menuntut, Rani memang menyimpan komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya sendiri.

Dan siang itu, janji Rani terwujud, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku. ''Ini Bunda Lif, Bunda mandikan Alif,'' ucapnya lirih, di tengah jamaah yang sunyi. Satu persatu rekan Rani menyingkir dari sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis.

Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri mematung di sisi pusara. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu, berkata, ''Ini sudah takdir, ya kan. Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, ya dia pergi juga kan?'' Saya diam saja.

Rasanya Rani memang tak perlu hiburan dari orang lain. Suaminya mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pias, tatapannya kosong. ''Ini konsekuensi sebuah pilihan,'' lanjut Rani, tetap mencoba tegar dan kuat. Hening sejenak. Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja.
Tiba-tiba Rani berlutut. ''Aku ibunyaaa!'' serunya histeris, lantas tergugu hebat. Rasanya baru kali ini saya menyaksikan Rani menangis, lebih-lebih tangisan yang meledak. ''Bangunlah Lif, Bunda mau mandikan Alif. Beri kesempatan Bunda sekali saja Lif. Sekali saja, Aliiif..'' Rani merintih mengiba-iba. Detik berikutnya, ia menubruk pusara dan tertelungkup di atasnya. Air matanya membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Alif. Senja pun makin tua.

-- Nasi sudah menjadi bubur, sesal tidak lagi menolong.
-- Hal yang nampaknya sepele sering kali menimbulkan sesal dan kehilangan yang amat sangat.
-- Sering kali orang sibuk 'di luaran', asik dengan dunianya dan ambisinya sendiri tidak mengabaikan orang-orang di dekatnya yang disayanginya. Akan masih ada waktu 'nanti' buat mereka jadi abaikan saja dulu.
-- Sering kali orang takabur dan merasa yakin bahwa pengertian dan kasih sayang yang diterimanya tidak akan hilang. Merasa mereka akan mengerti karena mereka menyayanginya dan tetap akan ada.
-- Pelajaran yang sangat menyedihkan. 

Jumat, 17 Februari 2012

KITA BERCERAI SAJA !!!!


Salam
Tiap mahluk memiliki masalah, masalah = kuiz, masalah bukan akhir tapi awal langkah kemasalah lainnya


Kita Bercerai Saja!!!


Saat dilamar suamiku, aku merasa menjadi wanita yang paling beruntung di muka bumi ini. Bayangkan, dari sekian juta wanita di dunia ini, aku yang dia pilih untuk jadi isterinya. Kalau aku persempit, dari sekian banyak wanita di negara ini, di provinsi ini, di kota ini, di rumah ibuku yang anak perempuannya 3, aku yang paling bungsu yang dipilih untuk jadi isterinya! Aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu.
Aku berusaha keras menjadi isteri yang baik, patuh pada suami, menjaga kehormatanku sebagai isterinya, menjadi ibu yang baik, membesarkan anak-anakku. Aku memanfaatkan pernikahanku sebagai ladang amalku, sebagai tiket ke surga.
Walaupun begitu, hidup seperti halnya makanan penuh dengan bumbu. Ada bumbu yang manis, yang pahit, yang pedas, dan lain-lain. Aku juga menghadapi yang namanya ketidakcocokan atau selisih paham dengan suami. Baik itu tidak sepaham, kurang sepaham, agak sepaham, hampir sepaham. Tapi aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku mencoba berpikiran terbuka, mengakui kebenaran bila suamiku memang benar dan mengakui kesalahan bila aku memang salah. Aku mencoba bertuturkata lembut menegur kesalahan suamiku dan membantunya memperbaikinya agar ia merubah sikapnya. It's all about compromising.
Namun apalah daya, pada akhirnya, terucap pula kata itu dari bibir suamiku, "Kita cerai saja!" Hanya karena sebuah masalah kecil yang tanpa sengaja menjadi besar. Saat itu seperti kudengar suara petir menggelegar di kepala. Dan hatiku hancur berkeping-keping. Aku menjadi wanita paling pilu sedunia.
Tak ada yang kupikirkan selain, barangkali kami memang harus berpisah!
Kuingat kembali pertengkaran- pertengkaran kami sebelumnya. Kami memang sudah nggak cocok! Kupikirkan kesalahan-kesalahan apa yang telah aku lakukan namun lebih sering mengingat kesalahan-kesalahan suamiku. Aku menangis sejadi-jadinya hingga dadaku sesak dan airmataku kering. Saat itu menjadi hari paling menyedihkan dalam hidupku.
Tak kulihat suamiku di sampingku keesokan paginya. Entah kemana ia. Tanpa sadar aku, layaknya aktris berakting di sinetron-sinetron, memandangi foto-foto kami dulu dengan berlinang airmata. Ngiris hati ini. Andai saja ada lagu "Goodbye" dari Air Supply yang mengiringiku, tentu semuanya menjadi scene yang sempurna.
Sekilas kenangan lama bermunculan di benakku. Aku teringat pertama kali aku bertemu suamiku, teringat apa yang aku rasakan saat ia melamarku. Aku tersenyum kecil hingga akhirnya tertawa saat mengingat malam pertamaku. Ha ha ha.
Anak-anakku datang saat melihat ibu mereka ini tertawa, memelukku tanpa tahu apa yang sedang terjadi. Mereka masih kecil-kecil. Kupandangi mereka satu per satu. Mereka mirip ayahnya. Aku jadi teringat saat pertama kali kukatakan padanya bahwa ia akan menjadi ayah. Hhmmm....
Kulalui hari-hari penuh kekhawatiran bersamanya, menunggu kelahiran buah cinta kami. Dengan penuh kasih sayang. Suamiku memegang tanganku, mencoba menenangkanku saat anakku baru lahir, walaupun kutahu ia hampir saja pingsan. Keningku diciumnya saat semuanya berakhir walaupun wajahku penuh keringat. Saat kubuka mataku, di sampingku ia duduk menggendong bayi mungil itu. Bersamanya, kurasa, telah kubeli tiket ke surga...
"Mi, Abi mana?" suara anakku mengejutkanku. Tak sanggup kumenjawabnya. Hampir saja aku menangis lagi.
Tiba-tiba kulihat sesosok bayangan dari balik dinding. Suamiku datang. Rupanya tadi malam ia tidur di masjid. Ia melihatku bersama anak-anakku. Mereka berhamburan menyambut ayahnya, memeluk lututnya karena mereka belum cukup tinggi menggapai bahu ayahnya itu. Ia membawakan makanan untuk mereka.
Saat anak-anak sibuk dengan makanan itu, ia menghampiriku. Aku mencoba untuk biasa dan kuajak ia melihat foto-foto lama kami. Bernostalgia. Aku tertawa bersamanya. Mengingat yang telah lewat. Sesekali ia memandangku lembut. Aku tahu ia sedang berfikir. Namun aku khawatir ia sedang meyakinkan hatinya untuk benar-benar menceraikan aku dan mengatur kata-kata agar aku dapat menerima keputusannya.
Saat ia diam dan memandangku dalam-dalam, kukatakan padanya bahwa aku merindukannya sejak tadi malam. Ia tersenyum dan mengatakan bahwa ia pun merasakan hal yang sama.
Hatiku lega. Kututup album foto itu dan kukatakan padanya bahwa selain dari semua kekuranganku tentu ada kelebihanku, selain dari semua yang tidak disukainya tentu ada yang disukainya, selain dari semua ketidakcocokan kami tentu ada bagian yang cocok. "Bila tidak, apa alasan Abang mau menikahi Adik dulu? Dan, bagaimana mungkin kita bisa bertahan selama ini?"
Ia mencium keningku. Kurasakan air mata mengalir hangat di pipiku. Tapi bukan air mataku...
"Allah memang hanya menciptakan Adik buat Abang... Maafkan Abang ya?"
Kuusap air mata dari pipinya dan ia membaringkan kepalanya di pangkuanku. ""Maafkan Adik juga ya, Bang..."
Entah apa yang membuatnya berubah pikiran. Aku tak ingin menanyakannya. Hanya dengan berada di sisiku pagi itu, aku rasa aku tahu jawabannya. (Sumber: SM-CN)

Pernikahan itu bisa berumur panjang bila ada usaha untuk memanjangkannya dan bisa berumur pendek bila tidak ada yang mau berpikir panjang.
 (www.andi-arham.blogspot.com )

Rabu, 15 Februari 2012

Ketika ALLAH Bilang TIDAKKK!!!!


( Salah satu pulau yang ada di sekitar kota makassar )


Salam dan Renungkan


Ketika Allah bilang tidak..! 
Ketika manusia berdoa, "Ya Allah ambillah kesombonganku dariku."
Allah berkata, "Tidak. Bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkannya. "

Ketika manusia berdoa, "Ya Allah sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat."
Allah berkata, "Tidak. Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara."

Ketika manusia berdoa, "Ya Allah beri aku kesabaran."  Allah berkata, "Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan, tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri."

Ketika manusia berdoa, "Ya Allah beri aku kebahagiaan. "
Allah berkata, "Tidak. Kuberi keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri untuk menghargai keberkahan itu."

Ketika manusia berdoa, "Ya Allah jauhkan aku dari kesusahan."
Allah berkata, "Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu pada-Ku."

Ketika manusia berdoa, "Ya Allah beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat."   Allah berkata, "Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal."

Ketika manusia berdoa, "Ya Allah bantu aku MENCINTAI orang lain, sebesar cinta-Mu padaku.
Allah berkata... "Akhirnya kau mengerti..!! "

Kadang kala kita berpikir bahwa Allah tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa, meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya.

Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan-bahkan ratusan lamaran telah kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali, sementara orang lain dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan.

Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaan mengharapkan jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya tanpa susah payah.

Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai, berakhir dengan penolakan dan kegagalan. orang lain dengan mudah berganti pasangan.

Kita menginginkan harta yang berkecukupan, namun kebutuhanlah yang terus meningkat.

Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam dan pilek lalu kita melihat tukang es.
Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum es dapat mengobati rasa demam (maklum anak kecil). Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Allah) dan merengek agar dibelikan es. Orangtua kita tentu lebih tahu kalau es dapat memperparah penyakit kita. Tentu dengan segala dalih kita tidak dibelikan es. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum es yang lezat itu.

Begitu pula dengan Allah, segala yang kita minta Allah tahu apa yang paling baik bagi kita. Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Allah mengabulkannya. Karena Allah tahu yang terbaik yang kita tidak tahu. Kita sembuhkan dulu diri kita sendiri dari "pilek" dan "demam".... dan terus berdoa.
( www. andi-arham.blogspot.com )

Selasa, 14 Februari 2012

Filosofi PENSIL ???!


Filosofi Pensil

( Air terjun yang terletak di daerah Malino, SUL - SEL )

http://asetvirtual.com/?aff=andi-arham 
"Setiap orang membuat kesalahan. Itulah sebabnya, pada setiap pensil ada penghapusnya" (Pepatah Jepang)
Kali ini saya ingin menceritakan kepada Anda sebuah kisah penuh hikmah dari sebatang pensil. Dikisahkan, sebuah pensil akan segera dibungkus dan dijual ke pasar. Oleh pembuatnya, pensil itu dinasihati mengenai tugas yang akan diembannya. Maka, beberapa wejangan pun diberikan kepada si pensil. Inilah yang dikatakan oleh si pembuat pensil tersebut kepada pensilnya.

"Wahai pensil, tugasmu yang pertama dan utama adalah membantu orang sehingga memudahkan mereka menulis. Kamu boleh melakukan fungsi apa pun, tapi tugas utamamu adalah sebagai alat penulis. Kalau kamu gagal berfungsi sebagai alat tulis. Macet, rusak, maka tugas utamamu
gagal."

"Kedua, agar dirimu bisa berfungsi dengan sempurna, kamu akan mengalami proses penajaman. Memang menyakitkan, tapi itulah yang akan membuat dirimu menjadi berguna dan berfungsi optimal".

"Ketiga, yang penting bukanlah yang ada di luar dirimu. Yang penting, yang utama dan yang paling berguna adalah yang ada di dalam dirimu. Itulah yang membuat dirimu berharga dan berguna bagi manusia".

"Keempat, kamu tidak bisa berfungsi sendirian. Agar bisa berguna dan bermanfaat, maka kamu harus membiarkan dirimu bekerja sama dengan manusia yang menggunakanmu" .

"Kelima. Di saat-saat terakhir, apa yang telah engkau hasilkan itulah yang menunjukkan seberapa hebatnya dirimu yang sesungguhnya. Bukanlah pensil utuh yang dianggap berhasil, melainkan pensil-pensil yang telah membantu menghasilkan karya terbaik, yang berfungsi
hingga potongan terpendek. Itulah yang sebenarnya paling mencapai tujuanmu dibuat".

Sejak itulah, pensil-pensil itu pun masuk ke dalam kotaknya, dibungkus, dikemas, dan dijual ke pasar bagi para manusia yang membutuhkannya.

Pembaca, pensil-pensil ini pun mengingatkan kita mengenai tujuan dan misi kita berada di dunia ini. Saya pun percaya bahwa bukanlah tanpa sebab kita berada dan diciptakan ataupun dilahirkan di dunia ini. Yang jelas, ada sebuah purpose dalam diri kita yang perlu untuk digenapi dan diselesaikan.

Sama seperti pensil itu, begitu pulalah diri kita yang berada di dunia ini. Apa pun profesinya, saya yakin kesadaran kita mengenai tujuan dan panggilan hidup kita, akan membuat hidup kita menjadi semakin bermakna.

Hilang arah

Tidak mengherankan jika Victor Frankl yang mempopulerkan Logoterapi, yang dia sendiri pernah disiksa oleh Nazi, mengemukakan "tujuan hidup yang jelas, membuat orang punya harapan serta tidak mengakhiri hidupnya". Itulah sebabnya, tak mengherankan jika dikatakan bahwa salah satu penyebab terbesar dari angka bunuh diri adalah kehilangan arah ataupun tujuan hidup. Maka, dari filosofi pensil di atas kita belajar mengenai lima hal penting dalam kehidupan.

Pertama, hidup harus punya tujuan yang pasti. Apapun kerja, profesi atau pun peran yang kita mainkan di dunia ini, kita harus berdaya guna. Jika tidak, maka sia-sialah tujuan diri kita diciptakan. Celakanya, kita lahir tanpa sebuah instruksi ataupun buku manual yang menjelaskan untuk apakah kita hadir di dunia ini. Pencarian akan tujuan dan panggilan kita, menjadi tema penting selama kita hidup di dunia.

Yang jelas, kehidupan kita dimaknakan untuk menjadi berguna dan bermanfaat serta positif bagi orang-orang di sekitar kita, minimal untuk orang-orang terdekat. Jika tidak demikian, maka kita useless. Tidak ada gunanya. Sama seperti sebatang pensil yang tidak bisa dipakai menulis, maka ia tidaklah berguna sama sekali.

Kedua, akan terjadi proses penajaman sehingga kita bisa berguna optimal, oleh karena itulah, sering terjadi kesulitan, hambatan ataupun tantangan. Semuanya berguna dan bermanfaat sehingga kita selalu belajar darinya untuk menjadi lebih baik. Ingat kembali soal Lee Iacocca, salah satu eksekutif yang justru menjadi besar dan terkenal, setelah dia didepak keluar dari mobil Ford. Pengalaman itu justru menjadi pemacu semangat baginya untuk berhasil di Chrysler.

Ingat pula, Donald Trump yang sempat diguncang masalah finansial dan nyaris bangkrut. Namun, kebangkrutannya itulah yang justru menjadi pelajaran dan motivasi baginya untuk sukses lebih langgeng. Kadang penajaman itu 'sakit'. Namun, itulah yang justru akan memberikan kesempatan kita mengeluarkan yang terbaik.

Ketiga, bagian internal diri kitalah yang akan berperan. Saya sering menyaksikan banyak artis, ataupun bintang film yang terkenal, justru yang hebat bukanlah karena mereka paling cantik ataupun paling tampan. Tetapi, kemampuan dalam diri mereka, filosofi serta semangat
merekalah yang membuat mereka menjadi luar biasa. Demikian pula pada diri kita. Pada akhirnya, apa yang ada di dalam diri kita seperti karakter, kemampuan, bakat, motivasi, semangat, pola pikir itulah yang akan lebih berdampak daripada tampilan luar diri kita.

Keempat, pensil pun mengajarkan agar bisa berfungsi sempurna kita harus belajar bekerja sama dengan orang lain. Bayangkanlah seorang aktor atau aktris yang tidak mau diatur sutradaranya. Bayangkan seorang anak buah yang tidak mau diatur atasannya. Ataupun seorang service provider yang tidak mau diatur oleh pelanggannya. Mereka semua tidak akan berfungsi sempurna. Agar berhasil, kadang kita harus belajar dari pensil untuk 'tunduk' dan membiarkan diri kita berubah menjadi alat yang sempurna dengan belajar dan mendengar dari ahlinya. Itulah sebabnya, kemampuan untuk belajar bekerja sama dengan orang lain, mendengarkan orang lain, belajar dari 'guru' yang lebih tahu adalah sesuatu yang membuat kita menjadi lebih baik.

Terakhir, pensil pun mengajarkan kita meninggalkan warisan yang berharga melalui karya-karya yang kita tinggalkan. Tugas kita bukan kembali dalam kondisi utuh dan sempurna, melainkan menjadikan diri kita berarti dan berharga. Itulah filosofi 'memberi dan melayani' yang diajarkan oleh Tuhan kita. Itulah sebabnya Ibu Teresa dari Calcutta ataupun Albert Schweitzer yang melayani di Afrika lebih mengumpamakan diri mereka seperti sebatang pensil yang dipakai oleh
Tuhan.

Yang penting, hingga pada akhir kehidupan kita ada karya ataupun hasil berharga yang mampu kita tinggalkan. Tentu saja tidak perlu yang heboh dan spektakuler.

Sumber: Filosofi Pensil oleh Anthony Dio Martin
(www.andi-arham.blogspot.com )

Minggu, 12 Februari 2012

ADIL versi PENCOPET!!!




http://asetvirtual.com/?aff=andi-arham


( Taman Wisata Bantimurung, salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi di kota makassar )


Tiap dari diri kita ada jiwa pencuri!!!???


ADIL VERSI PENCOPET
oleh Ridwan Fadil


Pada suatu sore di tahun 2003 penulis sedang menunaikan sholat ashar di sebuah masjid di pojok terminal depok. Waktu itu jarum jam menunjukan tepat pukul 5.00. Selesai menunaikan sholat penulis keluar ruangan masjid untuk mengambil sepatu yang dititipkan kepada penjaga masjid. Tiba-tiba terjadi keributan di halaman masjid, karena penasaran penulis mencoba mendekat untuk mengetahui penyebab keributan tersebut. Ternyata telah terjadi perkelahian yang tidak seimbang, karena seorang pria walaupun berbadan tegap dikeroyok oleh 5 orang pria lain. Ketika penulis bermaksud melerai perkelahian tersebut, tiba-tiba terdengar suara bentakan yang sangat keras dari seseorang di belakang saya "Berhenti !" teriak orang tersebut. Seketika itu kelompok yang sedang berkelahi tersebut berhenti dan semua berpaling kearah suara, termasuk penulispun ikut menoleh. Kenapa kalian berkelahi ? teriak orang yang dibelakang saya, "Si Jhony gak adil pak ustadz . . " kata salah seorang pengeroyok. Oh, rupanya orang yang berteriak menyuruh berhenti berkelahi tadi seorang ustadz yang mengurus Masjid dan anak-anak jalanan yang ada di sekitar terminal depok yang belakangan diketahui namanya Abdul Rohim.

Selanjutnya Ustadz Rohim mengajak ke enam pria yang terlibat perkelahian tadi ke teras masjid untuk di damaikan. Yang membuat penulis kagum pada ustadz Rohim, walaupun postur tubuhnya relatif kecil, tapi dia punya nyali yang besar. Terbukti dari ke enam pria yang tampangnya galak dan bengis nurut dan patuh ketika disuruh duduk di teras masjid untuk di damaikan. Ustadz Rohim mencoba mencari sebab kenapa kelima teman si Jhony mengeroyoknya, Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang, barulah si Ustadz tahu bahwa ke enam orang ini adalah gerombolan pencopet yang sedang membagi hasil jarahannya. Si Jhony di percaya untuk menghimpun uang hasil mencopet di kereta untuk kemudian di bagi rata kepada seluruh anggota kelompok. Dan ternyata dalam praktek pembagian tersebut, teman-teman si Jhony merasa diperlakukan tidak adil, Mereka menuduh si Jhony menyembunyikan sebagian hasil mencopet untuk dirinya sendiri. Merasa didzolimi, kelima pencopet sepakat untuk mengeroyok si Jhony sampai dia mengakui kesalahannya.

Singkat cerita, Ustadz Rohim mencoba memberi nasihat dengan lemah lembut kepada si Jhony untuk berlaku jujur dan adil, karena siapapun pasti tidak ingin diperlakukan tidak adil, termasuk teman-temanmu. Kamu akan kehilangan kepercayaan dari teman-temanmu ketika berkhianat, bahkan bukan cuma kehilangan kepercayaan tapi juga bisa mencelakakan diri sendiri. Saat itu ke enam pencopet tertegun tak ada suara yang keluar dari mulut mereka, sampai beberapa menit kemudian salah seorang dari mereka mengangkat kepala dan berkata; "kalau begitu kami angkat pak Ustadz untuk menjadi juru bagi, karena kami butuh orang yang jujur dan adil dalam membagi hasil jarahan kami". Lalu usul tersebut diamini oleh teman-temannya yang lain termasuk si Jhony.

Ustadz Rohim dengan bijak menjawab; "Untuk kali ini saja saya mau menjadi juru bagi, supaya kalian tidak berkelahi. Untuk selanjutnya silahkan kalian merenung dan bertanya kepada diri masing-masing, bagaimana rasanya di perlakukan tidak adil ? bagaimana rasanya di dzolimi ? bagaimana rasanya ketika hak kalian dirampas ?. Setelah kalian mendapatkan jawabannya, pastikan bahwa yang dirasakan oleh orang yang kalian rampas haknyapun sama dengan apa yang kalian rasakan. Setelah ustadz Rohim membagikan uang hasil jarahan dengan adil para pencopetpun meninggalkan Ustadz Rohim seiring dengan berkumandangnya adzan maghrib.

Satu bulan yang lalu penulis mampir kembali di Masjid terminal Depok, secara kebetulan bertemu lagi dengan Ustadz Rohim, disela-sela kesibukannya mengurus pendidikan anak jalanan di areal terminal depok, penulis sempat berbicang-bincang dengan beliau sampai kepada cerita tentang para pencopet yang dulu pernah berkelahi di halaman masjid.

Ternyata menurut cerita beliau tiga dari enam pencopet tersebut sudah beralih profesi, satu orang jadi pengumpul barang bekas dan yang dua jadi pedagang asongan di terminal. Bahkan ketiganya rajin shalat berjamaah di masjid ini, mereka juga mulai aktif belajar agama.

Dari kisah tersebut di atas, menunjukkan bahwa keadilan itu menjadi hak setiap orang siapapun dia. Pencopet saja tidak sudi di perlakukan tidak adil dan dicurangi. Pencopet saja menyadari bahwa orang lain yang dirampas haknya akan sama rasanya ketika sesuatu yang menjadi haknya dirampas orang lain.Dia beralih profesi agar terhindar dari tindakan mendzolimi orang lain.

Lalu bagaimana dengan kita, sudahkah kita berlaku adil?

Sudahkah kita menunaikan hak-hak orang lain?

Sudahkah kita menyadari kekeliruan kita, lalu melakukan perubahan?

Jawabannya ada pada diri kita masing-masing ....


Sabtu, 11 Februari 2012

ISTRIKU ADA EMPAT!!!

http://asetvirtual.com/?aff=andi-arham
ISTRIKU ADA EMPAT


Sependengaran saya dan katanya para pecinta wanita, orang boleh beristri empat maka saya pun terjebak ikut ikutan.
Ibu-ibu dan mbak-mbak jangan keburu berprasangka yang aneh-aneh karena saya dengan niatan baik - baik ingin memperkenalkan satu persatu istri saya dengan segala perangainya agar semua orang tidak tertipu seperti diri saya.

Dari rasa terdalam, petiklah pelajaran ini...

Istri pertama berinisial R, dia lebih tua dari saya tetapi selalu setia mendampingi kemananpun saya pergi.

Cerewetnya setengah mati, tapi anehnya saya kurang begitu mendengar suaranya. Lamat-lamat yang hanya bisa saya hafal adalah perkataannya yang selalu menohok " mas...kalau sampeyan berkhianat kepada saya, itu sama saja mas berkhianat kepada diri sendiri.

Kalau menyakiti saya sama saja menyakiti diri sendiri...saya tahu kok kemana saja mas pergi...toh akhir hayat nanti hanya aku yang mau sama mas...lainnya belum tentu..wong saya di takdirkan sehidup semati selalu bersatu dengan mas...mas adalah aku, aku adalah mas... sebab akulah sejatinya emas.

Ah...perkataan itu sering kuanggap badai tsunami yang telah lewat...
Tetapi harus saya akui, kalau lagi merasakan kehampaan hidup, hanya dia yang sanggup melapangkan dada dan menaungi segala kegelisahan.

Ketiga istri yang lain tak sanggup bahkan acuh cuek bebek. Dan memang percuma menyampaikan keluh kesah kepada mereka sebab mereka tak pernah mengerti dengan sungguh-sungguh apa sebenarnya tujuan hidup saya..
 
Istri kedua berinisial J , Ia begitu mengharap diri saya agar selalu bersamanya walaupun terkadang saya agak malas menengok karena rumahnya agak jauh dari realitas keseharian.

Padahal kalau saya lagi dekat dengan dia...wah... segalanya begitu terfasilitasi . Maklum, kayaknya dia memang ditakdirkan untuk itu. Bayangkan, saya pengen ke Amrik, sekejab mata ia bisa memenuhinya. Saya lagi bingung mencari anak seorang teman yang hilang, Ia dengan segala akses satelit GPS plus Bio Personal Electric Detector super canggih mampu memberitahu dimana si bocah berada. Ketika saya lagi kangen pengen mengenang masa lalu beserta kejadian-kejadian yang terlewati eehh...dia sudah punya dokumen multimedia lengkap mengenai diri saya mulai kecil, tiga dimensi lagi...Bahkan kalau ingin sekedar coba-coba memprediksi masa depan, dia pun punya alat dan data yang lebih akurat dari tehnologi terkini yang pernah ada.

Terkadang kalau dah kepepet butuh uang, saya juga menyambanginya, meminta informasi lowongan pekerjaan. Sebenarnya sebagai lelaki ya malu seh...tapi bagaimana lagi..dia di mata saya bagaikan ratu yang memiliki segala akses, entah itu politik, ekonomi, tehnologi, budaya, ilmu cacing jaringan pergerakan bawah tanah dan masih banyak lagi.

Dia cuman pesan...pokoknya selama mas berada di wilayahku, kebutuhan mas pasti saya penuhi dengan servis kilat secepat buraq. Sebab aku sama mas I love you full.....saya nggak kepingin mas kembali ke istri tua...

Istri ketiga berinisial O, Tergolong muda. Begitu smart, cerdas, analitis, dan tanggap. Ia bagaikan sekretaris pribadi. Referensinya. .naudzubillah. ..seperpustakaan dunia berada di hardisknya.. .nggak main-main !

Saya terkagum-kagum dengan kemampuannya. Setiap kejadian dalam hidup saya, ia selalu ingin maju tampil terdepan. Ia bagaikan hot news yang selalu update berita terbaru. Bahkan yang sering terjadi, saya sebagai laki-laki sering dipecundangi dengan kelihaian referensinya. Ia sering curang dan pandai sekali beralasan. Entah mungkin gawan bayi kali... Ehh.. anehnya kok saya ini begitu suka setengah mati...Mungkin kekaguman saya menutupi segala keburukannya kali... ?

Tetapi terkadang saya jadi agak malas, karena ia paling sok unggul dan narcis di banding ketiga istri yang lainnya. Saya paling tidak suka kalau ia mulai mencampuri urusan pribadi saya dengan ketiga istri saya yang lainnya. Sebab kalau semua istri sudah berkumpul dia selalu membanggakan prinsip hidupnya "knowledge is power ".

Dan saya hafal betul arah pembicaraan itu akhirnya menyeret kepada falsafah hidup "no power without knowledge", lahaula wala quwwata ila bil knowledge. Kalau sudah nglantur ke arah ini, saya nggak main-main untuk mendampratnya. Kalau saya sudah marah sama dia, jalan termudah dengan puasa mendiamkannya, tidak menanggapi secuilpun idenya. Entah sehari bahkan berminggu-minggu. ....
 
Istri keempat berinisial D, masih ABG... waduh...jangan ditanya lagi...wong namanya istri termuda ya pasti semlohhaiii la yauw...

Tapi disinilah masalahnya.. .fisik saya yang sudah makin bertambah umur ini terus terang nggak mampu menandinginya. Istilah banting tulang geger pedhot, punggung pegal peyok kabeh benar-benar terjadi nggak karu-karuan kalau saya sudah berdua dengannya... .hanya kamulah denokku...lainnya nggak ingat...

Harus saya akui, segala aktifitas banyak tersedot untuk kebutuhan istri termuda ini...Sebab perhiasan, tanah, aset, bersolek, berbelanja, disanjung dan bikin organisasi ( arisan akses plus ngrumpi dengan bahasa elit ) adalah rutinitas kebutuhannya.

Oaalaah malangnya diriku....semua sudah terlanjur melekat dan mendekap ingin dekat denganku...bayangkan satu banding empat....capek deh....peyok deh..Semua sudah terlanjur... .Tapi bagaimanapun aku seorang lelaki yang harus gagah dan tegas menentukan pilihan hidupku.
 
Untuk itu, sekali lagi, perkenalkanlah dengan sunguh-sungguh keempat istriku agar para lelaki tidak terombang - ambing dalam keadaan sangat senang dan sangat menderita, seperti surga neraka yang sedang bergolak dalam diriku....cukup satu saja agar hidup ini tenang...
 
Istri pertama berinisial R alias Ruh, Istri kedua berinisial J alias Jiwa, Istri ketiga berinisal O alias otak, istri keempat berinisal D alias Dunia
 
Istri adalah perlambang keterikatan diri yang sangat mendekap. Suami adalah perlambang khalifah sang pemimpin, sang penentu. Jelaslah makna tersirat bahwa Lelaki adalah dan harus menjadi pemimpin wanita. Tak peduli berjenis kelamin apa. Nyata bahwa setiap manusia adalah pemimpin. Maka jadi khalifah harus adil
karena dialah yang menentukan kapan harus beristri satu atau empat, kapan ia berbagi dengan keempatnya.

Sebab sang lelaki biasa condong ke istri termuda.

Kalau nggak bisa adil awas !...barangkali kelelakiannya harus disunat dua kali ! tak sobek-sobek !...uupps... iih seerrrem...ddhhuua kali bro....( para lelaki nggak usah reflek bersikap ngapurancang seperti pemain bola menghadapi tendangan bebas, wong maksudnya bukan yang itu ).
 
Iya dong ! kenapa sih perkakas itu disebut kemaluan ? karena disitulah hakekat rasa malu terpusat. Jika rasa malu ini sudah tak bereaksi terhadap istri tertua, maka ia perlu di hukum dengan cara yang menyakitkan agar dalam shock therapy ketakutan sengeri neraka, perkakas itu bereaksi lagi dan akhirnya tahu diri bahwa bisa begini begitu berkat istri tertua.
 
Sebab rasa malu kita biasanya hanya beraksi terhadap istri termuda. Kita malu kalau nggak punya baju bagus...kita malu kalau nggak punya mobil...kita malu kalau dianggap miskin...kita malu menerima pemberian Allah bahwa wajah kita biasa-biasa saja dan akhirnya harus bolak balik operasi ember...kita malu dan tidak terima kalau nama pemberian orang tua yang sudah lengkap dan bagus belum di tambah-tambahi dengan gelar Kyai, Ustadz, Prof, DR, SH, SPsi, LC, MBA, IBF, WBC, , dll, dsb, etc, btw, ttd...cpd __._,_.___

Selasa, 07 Februari 2012

Selamat Pagi, Anda Di PHK



 ( Pantai Losari adalah salah satu objek wisata yang ada di kota Daeng Makassar )


SALAM

Artikel ini adalah hikmah yang patut kita renungkan sebagai karyawan dan buruh


Selamat Pagi, Anda Kena PHK!

Seorang Chief Executive Officer sebuah perusahaan ternama dunia hari itu datang kekantornya yang megah tepat jam 7 pagi. Sang pemilik perusahaan memasuki ruang kerjanya tak lama kemudian. Setelah berbasa-basi sedikit, beliau berujar;"My friend," katanya. "Aku bangga dengan hasil kerjamu selama ini," lanjutnya. Sang CEO tentu saja bahagia mendengar pujian bossnya itu. "Namun," lanjut si boss. Kali ini, hati CEO itu mulai dihinggapi tanda tanya besar. "Para stakeholders kita menginginkan untuk menggantikanmu dengan seseorang yang lebih baik....." Saat itu juga, pagi yang cerah seakan-akan berubah menjadi gelap gulita sambil sesekali dikilati cahaya dari bunyi petir dan gelegar halilintar yang membuat jiwa bergetar. Sang CEO hanya bisa terpana. Seolah tidak percaya pada apa yang baru saja didengarnya. Seandainya, berita itu tidak ditujukan kepada CEO yang sedang kita bicarakan itu. Melainkan kepada anda. What are you going to do?

Boleh jadi anda mengira bahwa percakapan diatas itu sekedar rekaan belaka. Tapi, jika anda mengikuti perkembangan dunia bisnis internasional akhir-akhir ini; anda akan menemukan bahwa pembicaraan semacam itu sungguh-sungguh terjadi didunia nyata. 'Korbannya'? Banyak. Mulai dari orang nomor satu di bank terkemuka. Pemimpin perusahaan farmasi tercanggih. Hingga raksasa minuman berbahan dasar kopi yang aroma ketenarannya sampai kesini. Bahasa politik boleh mengatakannya dengan halus, semisal; pensiun dini atau golden shake hand. Tetapi, dalam bahasa kita; itu tidak beda dengan tiga huruf mengerikan bernama P. Dan H. Dan K. Sounds familiar, right? Yes, that PHK.

Anda tentu masih ingat kisah tragis legendaris yang menimpa kapal pesiar Titanic yang tenggelam pada tanggal 14 April 1912. Peristiwa itu diperkirakan menelan 1,500 korban jiwa. Para ahli mempercayai bahwa faktor utama yang menyebabkan banyaknya jumlah korban jiwa bukanlah semata-mata tenggelamnya kapal tersebut, melainkan; kurangnya jumlah sekoci yang ada dikapal itu dibandingkan dengan jumlah penumpang yang ada. Mereka begitu yakin bahwa Titanic tidak bisa tenggelam. Jadi, mengapa harus menyediakan sekoci? Konon, ketika perisiwa itu terjadi; sesungguhnya masih banyak waktu untuk melakukan penyelamatan. Namun, karena jumlah sekoci penyelamat hanya sedikit, hanya sebagian kecil saja yang bisa diselamatkan.

Dalam kehidupan kerja pun kita sering berpikir seperti itu. Kita begitu yakin bahwa kapal yang kita gunakan untuk mengarungi samudera dunia kerja ini tidak akan tenggelam. Sehingga kita tidak merasa penting untuk memiliki sekoci. Tetapi, berapa banyak sudah perusahaan yang gulung tikar dan kemudian tenggelam seperti halnya Titanic? Jika kita boleh berkata tanpa sensor, sesungguhnya dunia kerja kita lebih beresiko daripada Titanic. Apa yang terjadi pada Titanic adalah musibah bagi semua penumpang. Semua orang menghadapi masalah yang sama. Sebab; orang baik tidak ditendang keluar dari kapal. Tetapi, dalam sebuah perusahaan; sudah sering terjadi seorang karyawan ditendang keluar dari bahtera perusahaan semudah itu. Seperti peristiwa yang menimpa sang CEO diatas itu.

Jika itu bisa terjadi kepada pimpinan puncak sebuah perusahaan; maka tidak heran jika bisa dengan sangat gampangnya menimpa karyawan-karyawan dilevel lainnya. Ya. Tentu saja. Anda sudah tahu itu. Bahkan mungkin sudah banyak teman anda yang terkena PHK juga. Sayangnya, saat ini pun kita masih begitu yakinnya untuk mengatakan bahwa kita tidak akan mengalami nasib seperti itu. Sungguh, tidak ada yang menjaminnya. Sebab, bagaimanapun juga itu bisa menimpa siapa saja. Karyawan yang jelek. Karyawan yang bagus. Karyawan dilevel manapun juga. Direktur? Sudah banyak direktur yang terkena PHK juga, bukan?

Seseorang menganggap saya ini terlampau pesimis dalam memandang masa depan pekerjaan. Saya bilang;"Ada bedanya antara sikap pesimis dengan sikap antisipatif. Seseorang yang pesimis, memandang dari sisi negatif, dan dia tidak melakukan apa-apa untuk mempersiapkan dirinya, kecuali memelihara perasaan was-was. Sedangkan, orang yang antisipatif, memandang sebuah resiko secara rasional dan proporsional. Lalu dia mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi sulit jika terjadi sewaktu-waktu. "

PHK adalah resiko kita sehari-hari. Kita tidak perlu terlampau percaya diri dengan mengatakan bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi pada kita. Atau sebaliknya terlalu takut jika mengalaminya. Sebab, selama kita 'mempersiapkan diri kita untuk menghadapi kemungkinan itu,' maka yakinlah bahwa masa depan kita akan baik-baik saja. Paling tidak, kita tidak terlampau syok, jika itu benar-benar terjadi. Dan yang lebih penting dari itu adalah; memulai mempersiapkan 'sekoci' itu dari saat ini. Sekoci yang selalu siap digunakan jika sewaktu-waktu kita membutuhkannya.

Begitu beragamnya reaksi orang ketika terjadi PHK. Ada yang panik. Ada yang biasa-biasa saja. Ada pula yang senang alang kepalang. Ada orang yang mendapatkan 'golden shake hand' tetapi hatinya miris dan menghadapi dunia didepannya dengan tatapan pesimis. Ada yang mendapatkan uang pesangon sekedar sesuai dengan peraturan yang tertuang dalam undang-undang; namun, memandang masa depannya dengan antusias dan optimis. Mengapa sikap mereka bisa beda begitu ya? Ternyata, orang-orang yang sudah 'mempersiapkan' dirinya untuk situasi sulit seperti itu lebih bisa menghadapi kenyataan itu. Mereka melihat sisi terangnya. Dan mereka menemukan bahwa; itu bukanlah akhir dari segala-galanya.

Beberapa waktu lalu saya mendapatkan email dari seorang teman yang mengalami 'perlakuan' kurang patut diperusahaan. Menyimak kompleksnya permasalahan yang dihadapinya, tidaklah mudah untuk meresponnya. Tetapi, tepat sehari sebelum saya menerima email itu, saya bertemu dengan seorang sahabat lama. Bagi saya, beliau bukan sekedar sahabat; melainkan juga seorang mentor. Puncak karir beliau adalah Direktur Pengembangan Bisnis pada sebuah perusahaan multinasional dengan pengalaman kerja 20 tahun.

Dia bangga dengan pencapaiannya. Dan dia tahu kualitas dirinya yang tinggi. Namun, suatu ketika perusahaan memintanya untuk menduduki sebuah jabatan lain. Jabatan itu levelnya bukan Direktur, melainkan manager biasa. Jelas, orang ini diturunkan pangkatnya. Dan yang lebih menarik lagi adalah: posisi baru yang harus dipegangnya adalah sebuah posisi yang sebelumnya berada langsung dibawah kepemimpinannya. Sedangkan posisi direktur kini diduduki oleh orang lain. Itu terjadi tahun 2002. Dan orang itu - dengan segala kualitas diri yang dimilikinya - ketika bertemu dengan saya kemarin; menjadi orang yang lebih berhasil dari sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa emas tetaplah emas, meskipun terbenam dalam tanah berlumpur.
Saya sendiri mempunyai prinsip pribadi yang berbunyi; 'bersiap-siap seolah akan terkena phk besok pagi.' Dengan prinsip itu, sedari sekarang saya mulai mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Saya belajar banyak hal hari ini, supaya besok bisa menjaga diri. Jika besok pagi saya mendapatkan phk itu, sekurang-kurangnya secara mental saya sudah menjadi lebih siap. Sehingga, bebannya mungkin akan menjadi lebih ringan. Apakah anda juga demikian?

Dadang Kadarusman

Catatan Kaki:
Jika kita berani menaiki sebuah kapal pesiar, maka pasti itu karena kita yakin bahwa kapal itu akan sampai dengan selamat ketempat tujuan. Namun, pasti kita akan merindukan sebuah sekoci jika sesuatu yang tidak diharapkan terjadi.




Senin, 06 Februari 2012

1 tamparan untuk 3 pertanyaan

Info Segar : Susu HILO untuk Ummy Bayi agar tulang kuat untuk mengendong Az tiap hari........
( Bintang Iklan A. Azzam Fayrud )

SALAM

ARTIKEL BERIKUT AKAN MEMBERI PENCERAHAN TERHADAP KITA AKAN KEBESARAN SANG PENCIPTA DAN KECILNYA ILMU YG KITA MILIKI
 Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila diamalkan, salah satu pengamalannya Adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah ! orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.

1 tamparan untuk 3 pertanyaan

Ada seorang pemuda yang lama sekolah di luar negeri, kembali ke tanah air.
Sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencarikan
seorang guru agama, kyai atau siapa saja yang bisa menjawab 3 pertanyaannya.
Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut, seorang
kyai.

Pemuda: Anda siapa dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan
saya?
Kyai: Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab
pertanyaan anda.

Pemuda: Anda yakin? Sedangkan Profesor dan ramai orang yang pintar
tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
Kyai: Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.

Pemuda: Saya ada 3 pertanyaan yaitu;
1.Kalau memang Tuhan itu ada,
tunjukan wujud Tuhan kepada saya!
2.Apakah yang dinamakan takdir?
3.Kalau syaitan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang
dibuat dari api juga, tentu tidak menyakitkan buat syaitan. Sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?

Tiba-tiba kyai tersebut menampar pipi pemuda tadi dengan keras.

Pemuda: (sambil menahan sakit) Kenapa anda menampar, anda marah kepada saya?
Kyai: Saya tidak marah...Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3
pertanyaan yang anda ajukan kepada saya.

Pemuda: Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.
Kyai: Bagaimana rasanya tamparan saya?

Pemuda: Tentu saja saya merasakan sakit.
Kyai: Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?

Pemuda: Ya!
Kyai: Tunjukan pada saya wujud sakit itu!

Pemuda: Saya tidak bisa.
Kyai: Itulah jawaban pertanyaan pertama...kita semua merasakan
kewujudan Tuhan tanpa mampu melihat wujudNya.

Kyai: Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
Pemuda: Tidak.

Kyai: Apakah pernah terfikir oleh anda akan menerima tamparan dari saya hari ini?
Pemuda: Tidak.

Kyai: Itulah yang dinamakan takdir.

Kyai: Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?
Pemuda: Kulit.

Kyai: Terbuat dari apa pipi anda?
Pemuda: Kulit.

Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda: Sakit.

Kyai: Walaupun syaitan dijadikan dari api dan neraka juga terbuat dari api, jika Tuhan menghendaki maka neraka akan menjadi tempat yang menyakitkan untuk syaitan.



Sabtu, 04 Februari 2012

CERITA HARI MINGGU

SALAM

DI PAGI HARI DI BUMI SAMARINDA KU AWALI DENGAN MENGIKUTI JALAN SANTAI YANG DIADAKAN OLEH SEBUAH ORGANISASI DI KAL TIM, SSAMBIL OLAH RAGA, CUCI MATA N SEHAT TENTUNYA..SAAT BERJALAN KU MENGINGAT SEBUAH CERITA INSPIRATIF TENTANG SEORANG AYAH YANG MENGAJARKAN ANAKNYA ARTI KEJUJURAN...

CERITA INI COCOK UNTUK SEMUA YANG INGIN MENANAMKAN ARTI JUJUR PADA ANAK,,MURID,,BAWAHAN,, ATAU LAINNYA...
(Sumber dari komputer teman 2 tahun lalu)


Berikut ini adalah cerita masa muda Dr. Arun Gandhi (cucu dari Mahatma Gandhi)
Waktu itu Arun masih berusia 16 tahun dan tinggal bersama orang tua disebuah lembaga yang didirikan oleh kakeknya yaitu Mahatma Gandhi, di tengah-tengah kebun tebu, 18 mil di luar kota Durban, Afrika selatan. Mereka tinggal jauh di pedalaman dan tidak memiliki tetangga. Tidak heran bila Arun dan dua saudara perempuannya sangat senang bila ada kesempatan pergi ke kota untuk mengunjungi teman atau menonton bioskop.
Suatu hari ayah Arun meminta Arun untuk mengantarkan ayahnya ke kota untuk menghadiri konferensi sehari penuh. Dan Arun sangat gembira dengan kesempatan ini. Tahu bahwa Arun akan pergi ke kota, ibunya memberikan daftar belanjaan untuk keperluan sehari-hari. Selain itu, ayahnya juga minta untuk mengerjakan pekerjaan yang lama tertunda, seperti memperbaiki mobil di bengkel.
Pagi itu, setiba di tempat konferensi, ayah berkata, “Ayah tunggu kau disini jam 5 sore. Lalu kita akan pulang ke rumah bersama-sama. “. Segera Arun menyelesaikan pekerjaan yang diberikan ayahnya.
Kemudian, Arun pergi ke bioskop, dan dia benar-benar terpikat dengan dua permainan John Wayne sehingga lupa akan waktu. Begitu melihat jam menunjukkan pukul 17:30, langsung Arun berlari menuju bengkel mobil dan terburu-buru menjemput ayahnya yang sudah menunggunya sedari tadi. Saat itu sudah hampir pukul 18:00.
Dengan gelisah ayahnya menanyakan Arun “Kenapa kau terlambat?”. Arun sangat malu untuk mengakui bahwa dia menonton film John Wayne sehingga dia menjawab “Tadi, mobilnya belum siap sehingga saya harus menunggu”. Padahal ternyata tanpa sepengetahuan Arun, ayahnya telah menelepon bengkel mobil itu. Dan kini ayahnya tahu kalau Arun berbohong.
Lalu Ayahnya berkata, “Ada sesuatu yang salah dalam membesarkan kau sehingga kau tidak memiliki keberanian untuk menceritakan kebenaran kepada ayah. Untuk menghukum kesalahan ayah ini, ayah akan pulang ke rumah dengan berjalan kaki sepanjang 18 mil dan memikirkannya baik-baik.”.
Lalu, Ayahnya dengan tetap mengenakan pakaian dan sepatunya mulai berjalan kaki pulang ke rumah. Padahal hari sudah gelap, sedangkan jalanan sama sekali tidak rata. Arun tidak bisa meninggalkan ayahnya, maka selama lima setengah jam, Arun mengendarai mobil pelan-pelan dibelakang beliau, melihat penderitaan yang dialami oleh ayahnya hanya karena kebodohan bodoh yang Arun lakukan.
Sejak itu Arun tidak pernah akan berbohong lagi.
Pernyataan Arun:
“Sering kali saya berpikir mengenai episode ini dan merasa heran. Seandainya Ayah menghukum saya sebagaimana kita menghukum anak-anak kita, maka apakah saya akan mendapatkan sebuah pelajaran mengenai tanpa kekerasan? Saya kira tidak. Saya akan menderita atas hukuman itu dan melakukan hal yang sama lagi. Tetapi, hanya dengan satu tindakan tanpa kekerasan yang sangat luar biasa, sehingga saya merasa kejadian itu baru saja terjadi kemarin. Itulah kekuatan tanpa kekerasan.”




Jumat, 03 Februari 2012

`` Ayah ``

SALAM

CERITA BERIKUT MENGENAI KEBANGGAN KITA SEBAGAI SEORANG AYAH' BERBAHAGIALAH PRIA YANG TELAH MEMILIKI LABEL " AYAH " cerita ini menuntut kita untuk memahami arti seorang " Ayah " yang sesungguhnya.


`` Ayah ``

Suatu ketika, ada seorang anak wanita yang bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya.

Anak wanita itu bertanya pada ayahnya : "Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk ?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu bergumam : "Aku tidak mengerti."
Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran.

Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya, yang membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya kepada Ibunya : "Ibu, mengapa wajah Ayah jadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk ? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit ?"

Ibunya menjawab : "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar bertanggung- jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban sang Ibu.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa,tetapi dia tetap saja penasaran, mengapa wajah Ayahnya yang tadinya tampan menjadi berkerut-merut dan badannya menjadi terbungkuk-bungkuk ?

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi.
Di dalam impian itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali.
Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa kepenasarannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan berusaha untuk menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan terlindungi. "

"Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting-tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. "

"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha
mencari sesuap nasi yang berasal dari tetes keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat cercaan dari anak-anaknya. "

"Ku-berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan dihembus angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya, dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih-payahnya. "

"Kuberikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerapkali menyerangnya. "

"Ku-berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam kondisi dan situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara."

"Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengertian dan kesadaran terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan dilecehkan oleh anak-anaknya. "

"Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan, bahwa Isteri yang baik adalah Isteri yang setia terhadap Suaminya, Isteri yang baik adalah Isteri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka,walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Isteri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi serta saling menyayangi."

"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti,bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup didalam keluarga sakinah dan badannya yang terbungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai Laki-laki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. "

"Ku-berikan kepada Laki-laki tanggung-jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh Laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung-jawab ini adalah amanah di dunia dan akhirat."

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari,bersuci, berwudhu dan melakukan shalat malam hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdzikir, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayahnya.

"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, Ayah."
Maafkan aku anakmu, yang kadang mengabaikanmu, kini kurindu kasih sayangmu, ayah!

Tuhan....
Ampuni semua dosa Ayahku, terimalah dia disisi Mu, terangkan dan lapangkan kuburnya, pertemukan dia kembali dengan Ibuku di Surga,amiiin. ..


Somber : Dari file computer teman 2 tahun lalu

Kamis, 02 Februari 2012

MENJUAL KEPERAWANAN

SALAM

MUNGKIN SOBAT PERNAH MEMBACA ARTIKEL BERIKUT, TP UNTUK MEREFRESS KEMBALI
CERITA BERIKUT BISA JD PENGALAMAN HIDUP.


MENJUAL KEPERAWANAN 
 
Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel berbintang lima . Sang petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel menangkap kecurigaan pada wanita itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas ke arah langkah wanita itu yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang agak di pojok.
 
Petugas satpam itu memperhatikan sekian lama, ada sesuatu yang harus dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter mendatanginya tapi, wanita itu hanya menggelengkan kepala. Mejanya masih kosong. Tak ada yang dipesan. Lantas untuk apa wanita itu duduk seorang diri. Adakah seseorang yang sedang ditunggunya.
 
Petugas satpam itu mulai berpikir bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita nakal yang biasa mencari mangsa di hotel ini. Usianya nampak belum terlalu dewasa. Tapi tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar usia remaja yang tengah beranjak dewasa.
 
Setelah sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati meja wanita itu dan bertanya:
 
'' Maaf, nona ... Apakah anda sedang menunggu seseorang?
'' Tidak! '' Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat lain.
 
'' Lantas untuk apa anda duduk disini?
'' Apakah tidak boleh? '' Wanita itu mulai memandang ke arah sang petugas satpam.
 
'' Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang yang ingin menikmati layanan kami.''
'' Maksud, bapak?
 
'' Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini ''
'' Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang.
Tapi sekarang, izinkanlah saya duduk disini untuk sesuatu yang akan saya jual '' Kata wanita itu dengan suara lambat.
 
'' Jual? Apakah anda menjual sesuatu disini? ''
 
Petugas satpam itu memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada barang yang akan dijual. Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawa brosur.
 
'' Ok, lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk berjualan. Mohon mengerti. ''
'' Saya ingin menjual diri saya, '' Kata wanita itu dengan tegas sambil menatap dalam dalam kearah petugas satpam itu.
 
Petugas satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan.
'' Mari ikut saya, '' Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan tangannya.
 
Wanita itu menangkap sesuatu tindakan kooperativ karena ada secuil senyum diwajah petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu melangkah mengikuti petugas satpam itu.
 
Di koridor hotel itu terdapat korsi yang hanya untuk satu orang. Di sebelahnya ada telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung yang ingin menghubungi penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal berlangsung.
 
'' Apakah anda serius? ''
'' Saya serius '' Jawab wanita itu tegas.
'' Berapa tarif yang anda minta? ''
'' Setinggi tingginya..' '
 
'' Mengapa? Petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita itu.
'' Saya masih perawan ''
 
'' Perawan? '' Sekarang petugas satpam itu benar benar terperanjat. Tapi wajahnya berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih hari ini.. Pikirnya
 
'' Bagaimana saya tahu anda masih perawan?''
'' Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan mana bukan. Ya kan ...''
 
'' Kalau tidak terbukti?
'' Tidak usah bayar ...''
 
'' Baiklah ...'' Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik ke kiri dan ke kanan.
'' Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang ingin membeli keperawanan anda. ''
'' Cobalah. ''
 
'' Berapa tarif yang diminta? ''
'' Setinggi tingginya. ''
'' Berapa? ''
'' Setinggi tingginya. Saya tidak tahu berapa? ''
 
'' Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar ya. ''
 
Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu.
 
Tak berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah cerah.
 
'' Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta. Bagaimana? ''
'' Tidak adakah yang lebih tinggi? ''
'' Ini termasuk yang tertinggi, '' Petugas satpam itu mencoba meyakinkan.
'' Saya ingin yang lebih tinggi...''
'' Baiklah. Tunggu disini ...'' Petugas satpam itu berlalu.
 
Tak berapa lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih berseri.
'' Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6 juta rupiah. Bagaimana? ''
 
'' Tidak adakah yang lebih tinggi? ''
 
'' Nona, ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila anda diperkosa oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau andai perawan anda diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan mendapatkan apa apa, kecuali janji. Dengan uang Rp. 6 juta anda akan menikmati layanan hotel berbintang untuk semalam dan keesokan paginya anda bisa melupakan semuanya dengan membawa uang banyak. Dan lagi, anda juga telah berbuat baik terhadap saya. Karena saya akan mendapatkan komisi dari transaksi ini dari tamu hotel. Adilkan. Kita sama sama butuh ... ''
 
'' Saya ingin tawaran tertinggi ... '' Jawab wanita itu, tanpa peduli dengan celoteh petugas satpam itu.
 
Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat.
 
'' Baiklah, saya akan carikan tamu lainnya.
Tapi sebaiknya anda ikut saya.
Tolong kancing baju anda disingkapkan sedikit.
Agar ada sesuatu yang memancing mata orang untuk membeli. '' Kata petugas satpam itu dengan agak kesal.
 
Wanita itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap mengikuti langkah petugas satpam itu memasuki lift.
 
Pintu kamar hotel itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak berumur tersenyum menatap mereka berdua.
 
'' Ini yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat? " Kata petugas satpam itu dengan sopan.
 
Pria bermata sipit itu menatap dengan seksama kesekujur tubuh wanita itu ...
 
'' Berapa? '' Tanya pria itu kepada Wanita itu.
'' Setinggi tingginya '' Jawab wanita itu dengan tegas.
'' Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? '' Kata pria itu kepada sang petugas satpam.
'' Rp. 6 juta, tuan ''
'' Kalau begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam. ''
 
Wanita itu terdiam.
 
Petugas satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawaban bagus dari wanita itu.
 
'' Bagaimana? '' tanya pria itu.
''Saya ingin lebih tinggi lagi ...'' Kata wanita itu.
Petugas satpam itu tersenyum kecut.
 
'' Bawa pergi wanita ini. '' Kata pria itu kepada petugas satpam sambil menutup pintu kamar dengan keras.
 
'' Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin menjual? ''
'' Tentu! ''
'' Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu ... ''
'' Saya minta yang lebih tinggi lagi ...''
 
Petugas satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia pun tak ingin kesempatan ini hilang.
Dicobanya untuk tetap membuat wanita itu merasa nyaman bersamanya.
 
'' Kalau begitu, kamu tunggu ditempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba mencari penawar yang lainnya. ''
 
Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria yang ada. Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita melaluinya. Sudah sekian lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun, tak begitu jauh dari hadapannya ada seorang pria yang sedang berbicara lewat telepon genggamnya.
 
'' Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Ripiah.
Apakah itu tidak cukup? Terdengar suara pria itu berbicara.
Wajah pria itu nampak masam seketika
 
'' Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu.
Kan sudah seminggu lebih kita engga ketemu, ya sayang?! ''
 
Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan wanita.
Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada kekesalan diwajah pria itu.
 
Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria itu: '' Pak, apakah anda butuh wanita ... ??? ''
 
Pria itu menatap sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan wajahnya.
 
'' Ada wanita yang duduk disana, '' Petugas satpam itu menujuk kearah wanita tadi.
 
Petugas satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang ini. '' Dia masih perawan..''
 
Pria itu mendekati petugas satpam itu.
Wajah mereka hanya berjarak setengah meter. '' Benarkah itu? ''
'' Benar, pak. ''
'' Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu ... ''
'' Dengan senang hati. Tapi, pak ...Wanita itu minta harga setinggi tingginya.''
'' Saya tidak peduli ... '' Pria itu menjawab dengan tegas.
 
Pria itu menyalami hangat wanita itu.
'' Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang seriuslah ...'' Kata petugas satpam itu dengan nada kesal.
 
'' Mari kita bicara dikamar saja.'' Kata pria itu sambil menyisipkan uang kepada petugas satpam itu.
 
Wanita itu mengikuti pria itu menuju kamarnya.
 
Di dalam kamar ...
 
'' Beritahu berapa harga yang kamu minta? ''
'' Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit ''
'' Maksud kamu? ''
'' Saya ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterimakasih .... ''
'' Hanya itu ...''
'' Ya ...! ''
 
Pria itu memperhatikan wajah wanita itu. Nampak terlalu muda untuk menjual kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula menjual penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai petarung gagah berani ditengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis. Pria ini sadar, bahwa dihadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai. Melebihi dari kehormatan sebuah perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan untuk sebuah pengorbanan tanpa ada rasa sesal. Wanta ini tidak melawan gelombang laut melainkan ikut kemana gelombang membawa dia pergi. Ada kepasrahan diatas keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan akan selalu bernilai dan dibeli oleh orang terhormat pula dengan cara-cara terhormat.
 
'' Siapa nama kamu? ''
'' Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar ... '' Kata wanita itu
'' Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu yang pantas ditawar. ''
''Kalau begitu, tidak ada kesepakatan! ''
 
'' Ada ! Kata pria itu seketika.
 
'' Sebutkan! ''
 
'' Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari kamu.
Terimalah uang ini. Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu kerumah sakit.
Dan sekarang pulanglah ... '' Kata pria itu sambil menyerahkan uang dari dalam tas kerjanya.
 
'' Saya tidak mengerti ...''
 
'' Selama ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya.
Dia menikmati semua pemberian saya tapi dia tak pernah berterimakasih.
Selalu memeras. Sekali saya memberi maka selamanya dia selalu meminta.
Tapi hari ini, saya bisa membeli rasa terimakasih dari seorang wanita yang gagah berani untuk berkorban bagi orang tuanya.
Ini suatu kehormatan yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar ...''
 
'' Dan, apakah bapak ikhlas...? ''
'' Apakah uang itu kurang? ''
'' Lebih dari cukup, pak ... ''
 
'' Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal? ''
'' Silahkan ...''
 
'' Mengapa kamu begitu beraninya ... ''
 
'' Siapa bilang saya berani.
Saya takut pak ...
Tapi lebih dari seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu saya kerumah sakit dan semuanya gagal.
Ketika saya mengambil keputusan untuk menjual kehormatan saya maka itu bukanlah karena dorongan nafsu.
Bukan pula pertimbangan akal saya yang `bodoh` ...
Saya hanya bersikap dan berbuat untuk sebuah keyakinan ... ''
 
'' Keyakinan apa? ''
 
'' Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Allah lah yang akan menjaga kehormatan kita ... '' Wanita itu kemudian melangkah keluar kamar.
 
Sebelum sampai di pintu wanita itu berkata:
'' Lantas apa yang bapak dapat dari membeli ini ... ''
 
'' Kesadaran... ''
 
Di sebuah rumah dipemukiman kumuh.
 
Seorang ibu yang sedang terbaring sakit dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.
 
'' Kamu sudah pulang, nak ''
'' Ya, bu ... ''
 
'' Kemana saja kamu, nak ... ???''
'' Menjual sesuatu, bu ... ''
 
'' Apa yang kamu jual?'' Ibu itu menampakkan wajah keheranan. Tapi wanita muda itu hanya tersenyum ...
 
Hidup sebagai yatim lagi miskin terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah kehidupan yang serba pongah ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi yang gratis. Semua orang berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang tak bisa dielakan. Tapi Allah selalu memberi tanpa pamrih, tanpa perhitungan ...
 
'' Kini saatnya ibu untuk berobat ... ''
Digendongnya ibunya dari pembaringan, sambil berkata: '' Allah telah membeli yang saya jual... ''.
 
Taksi yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan rumahnya. Dimasukannya ibunya kedalam taksi dengan hati-hati dan berkata kepada supir taksi: '' Antar kami kerumah sakit ...''